Jumat, 04 Maret 2016

Trilogi Tokoh Inspirasi Sepanjang Zaman (Mbah Hasyim, Mbah Wahid, Gus Dur)

Oleh: Ahmad Faozan*

Para tokoh pesantren terus memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan rakyat Indonesia. Lewat institusi pendidikan yang dimilikinya banyak menyumbangkan generasi-generasi yang melek huruf. Karakter tokoh pesantren yang anti kemapanan menjadikan mereka tidak gila jabatan, harta, dan popularitas. Mereka memberikan kemampuan terbaik semata-mata karena Allah. Pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren dari yang ada di Indonesia menyumbangkan sumbangsih tidak sedikit. Setidaknya ada tiga tokoh (Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurahman Wahid) yang berperan penting terhadap perjuangan bangsa Indonesia di setiap zamannya. Gelar pahlawan yang diberikan kepada ketiganya yang masih satu darah menjadikan satu-satunya rekor dunia. Betapa tidak! Satu darah menjadi orang hebat semua di setiap zamannya. Seakan mereka yang mengisi, dan menjadi pendobrak zaman. Terlahir dari bibit yang unggul tentunya.

Sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari itu seorang ulama besar yang mampu mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah Indonesia. Amal sosialnya dalam perjuangan menegakan agama dan membangun negara tak mampu dilukiskan dalam sekelumit kata dan gambar. Dalam tubuh NU dan masyarakat pesantren sudah pasti mendapatkan tempat yang tertinggi. 


Pasalnya banyak ulama yang berguru kepadanya di pesantren Tebuireng, yang dikemudian hari menjadi pemimpin ulama dan tokoh masyarakat di berbagai penjuru Nusantara. Makamnya terus didatangi jamaahnya. Mereka datang dari segenap penjuru daerah untuk memberikan doa untuknya. Berapa banyak bacaan fatihah yang diberikan kepadanya setelah shalat dan malam jum’at oleh santri dan pengikutnya? Nampaknya, ungkapan tatkala kamu menangis dan menjerit saat lahir didunia, dan orang di sekelilingmu menangis saat kamu meninggalkan dunia sangatlah tepat. 

Kebesaran seseorang terlihat tidak hanya saat masih hidup, namun juga bisa dilihat saat engkau telah tiada. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari merupakan seorang ulama besar Indonesia yang juga mewariskan banyak karya tulis. Salah satunya untuk pedoman berakhlussunah wal jamaah dan buku pedoman menjadi santri yang ideal. Sebagai ulama pejuang kemerdekaan beliau mampu memberikan pencerahan dan spirit kepada para pemimpin bangsa untuk tidak kendor menghadapi kaum penjajah. Semangat berjuang yang dilandaskan ajaran agama menjadi jihad suci membela NKRI.

Semangat berjuang dalam membela agama dan bangsa tertancap lebih dalam jiwa dan raga dikalangan para santri Tebuireng. Semangat itulah yang menular lintas generasi. Ilmunya yang dalam, akhlaknya yang terpuji, dan perjuangannya yang tak mengenal menyerah menjadikan banyak orang dalam berbagai kalangan menaruh simpatik kepada Hadratussyaikh. Selain itu, beliau juga melahirkan keturunan yang tak kalah hebat. Selanjutnya institusi yang besar seperti namanya.

*

KH. A. Wahid Hasyim merupakan putera Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang memiliki reputasi sangat baik. Baik dikalangan masyarakat pesantren maupun luar pesantren. Intelektual asli pesantren yang sangat diperhitungkan. Kemandiriannya dalam hal belajar di masa mudanya, pengalamannya berorganisasi, dan berjuang merintis negara menjadikannya seseorang yang patut di jadikan inspirasi. Kontribusinya amat besar, sehingga negara memberinya gelar pahlawan nasional.

Ide dan pemikirannya melampui zamannya. Wajar, jika pertama kali mengusulkan sistem pelajaran di pesantren harus lebih dinamis dan kreatif untuk menopang kemajuan masyarakat pesantren di masadepan. Sempat mendapatkan respon kontroversi yang ramai dimuka umum. Ayahnya yang sudah mengetahui karakter putera lelakinya itu mendukung dibelakang. Jika santri belajar di pesantren hanya memiliki tujuan untuk menjadi ulama semata tentu banyak sektor di masyarakat tidak terisi dari kalangan santri. Santri harus cakap dalam banyak hal. Sehingga ketika terjun, mampu menempatkan diri dengan baik. Dengan berbekal keilmuan dan kematangan diri. Santri pesantren siap bersaing pula.

Ulama intelek dari Tebuireng ini, mampu membaca tanda-tanda zaman. Beliau juga memberikan nasehat kepada kita semua, “Belajar berorganisasi dan belajarlah menambah pengetahuan dan meluaskan pengalaman sendiri. Membacalah! itulah pokok kemajuan Islam. Bukankah, wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad Saw. menyuruh membaca, menyuruh menggunakan pena, karena dengan membaca dan menggunakan pena itu, Tuhan mengajarkan kepada umat baru ilmu pengetahuan yang belum dipelajari. Ya membaca! Menulis dan membaca sebanyak-banyaknya. Itulah pokok kemajuan yang tak ada batasnya.”Untuk menjadi kaum intelek, menurut beliau seseorang harus menyediakan waktu 5 jam perhari untuk membaca. Baca apa saja 5 jam perhari maka engkau menjadi intelektual.

Bapak pendiri bangsa ini, amat di segani baik oleh kawan maupun lawannya. Sayang, Tuhan mengambil nyawanya dalam usia muda. Dalam tinta sejarah Indonesia segala bentuk perjuangan tercatatkan, misalnya pendirian perguruan tinggi Islam kini (UIN) merupakan salah satu contohnya. Pengabdiannya kepada agama dan negara dilakukan secara totalitas. Beliaupun dianugerahi gelar pahlawan nasional.
**
KH. Abdurahman Wahid akrab dengan panggilan Gus Dur merupakan generasi dari Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari putera dari KH. A. Wahid Hasyim merupakan mantan Presiden RI ke 4. Yang berasal dari kalangan santri. Sejak kecil sudah suka membaca buku apa saja seperti ayahnya. Jihad ilmiahnya dari pesantren ke pesantren. Bahkan juga melintasi benua Afrika dan Eropa. Pergaulannya sangat luas, tidak hanya dari kelompoknya namun juga dengan beragam kalangan.

Perjuangan dengan kakek dan ayahnya sama di dalam negeri. Hanya saja berbeda zaman. Semasa hidupnya Gus Dur banyak mendobrak kejumudan berpikir. Beliau juga melawan penguasa yang berbuat dholim. Wacana pengetahuan yang dilontarkan selalu menjadi inspirasi anak-ANAK muda dari berbagai kalangan utamanya kaum muda NU. Kemampuannya menyatukan seluruh elemen bangsa menjadikannya amat dicintai dari berbagai kelompok.

Baik dari kelompok minortitas maupun mayoritas yang berbeda agama, politik, budaya dan lainnya. Sederet gelar diberikan kepadanya walaupun toh beliau tidak mengharapkannya. Sebagai orang yang tidak gila jabatan, harta, dan lainnya membuatnya dihormati. Semenjak kepergiannya ke alam barzah peziarah yang mendatangi pusaranya ramai saban hari. Dan mampu menggerakan perekonomian masyarakat sekitar. Dari mulai jasa poto, parkir, jajanan, aksesoris dan lainnya mengambil berkah dari aktivitas ziarah.

Amal sosialnya yang tak terhitung membuat pemerintah akan menghadiahinya Gelar pahlawan bagi mantan presiden ke-4, Abdurahman Wahid atau Gus Dur sudah selesai di Dewan Gelar, tapi dengan catatan diendapkan menunggu waktu yang tepat, ” ujar Khofifah melalui siaran pers, Sabtu (7/11/2015). Meski gelar itu tak penting bagi Gus Dur namun membuat pengikutnya dari segenap lapisan masyarakat merasa bangga dan bahagia.

***
Sosok tiga tokoh dari satu darah menjadikan kita semua merasa perlu untukmenjadikannya teladan. Semangat berjuangnya patut ditiru. Keilmuannya yang mendalam juga. Akhlaknya yang terpuji.Artinya tokoh-tokoh pesantren memiliki kontribusi nyata terhadap bangsa dan rakyat Indonesia. Dalam hal ini, kita para santri dan kaum terpelajar dimanapun dan kapanpun tidak bisa sekedar hanya menjadi penggembira semata melihat tokohnya. Masih banyak ide-ide perjuangan para beliau yang belum usai diselesaikan. Patut untuk dilanjutkan. 

Minggu, 23 November 2014

Indonesia-Maroko, Jauh di Mata, Dekat di Hati


Indonesia adalah Negara republik demokrasi di Asia tenggara(ASEAN) yang terdiri dari kepulauan yang terbesar di dunia. Karena itu disebut sebagai Nusantara. Nusa = Pulau, dan antara = diapit, artinya diapit oleh dua benua, Asia-Australia dan 2 samudra Pasifik-Hindia.  Sedangkan Maroko atau yang disebut Maghriby(Negeri Matahari Terbenam) dan sebutan lainnya seperti Negeri Serubu Benteng dan Negeri 7 wali, adalah negara berbentuk monarki/kerajaan konstitusional di ujung barat Afrika utara, berada di jalur Afrika-Eropa. Nama resmi negara ini adalah Al-mamlakah AL-maghribiyyah(المملكة المغربيّة). Jarak kedua negara ini adalah lebih dari 6000 km atau hampir sepertiga dari lingkaran dunia. Dengan jarak yang terpaut jauh dan sistem pemerintahan yang sangat berbeda apalagi budaya dan bahasanya, kedua negara ini menitih sejarah yang hampir terlupakan. Sejarah yang oleh genarasi kedua negara sekarang dan masyarakat dunia tak banyak diketahui. Ketika yang dibahas adalah sejarah Indonesia-Malaysia, Indonesia-Lebanon, Indonesia-Vietnam, dan negara-negara lainnya yang terpublikasikan secara luas di dunia internasional, banyak dari kita yang sedikit banyak mengetahuinya. Tapi ketika yang disebut Indonesia-Maroko, maka sedikit orang yang tahu sedikit hal dari pembahasan ini.

Sabtu, 22 November 2014

Tebuireng Siap Hadai UNAS

abrorsanggarkepoedang.blogspot.com-Jombang, Ujian Nasional SMA sederaja, tinggal menghitung jam. Semua sekolah tingkat SMA sederajat sibuk menghadapi UN yang menjadi hajatan rutin dunia pendidikan nasional setiap tahunnya. Begitu juga dengan SMA Ahmad Wahid Hasyim dan MA Salafiyah Syafi’iyyah PP Tebuireng. Bagaimana persiapan dua unit pendidikan dibawah naungan PP Tebuireng ini pada H-1 UN 2014 ini ?
Dua Unit pendidikan di Tebuireng akan ikut serta dalam hajatan tahunan  pendidikan nasional. Lebih dari 400 Santri akan turut serta dalam UN 2014 dan melibatkan lebih dari 30 guru yang ikut turun menangani persiapan materi UN. Jombang(13/04).

PKPT IPNU-IPPNU Pertama di Jombang Resmi Dilantik



abrorsanggarkepoedang.blogspot.com – Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdhotul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Universitas Hasyim Asy’ari kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang resmi dilantik di Pesantren Tebuireng,  Kamis (27/03).
Pelantikan PKPT Tebuireng ini adalah kali pertama yang diadakan Perguruan Tinggi di Kabupaten Jombang. Diharapkan PKPT akan menjadi langkah awal pengaruh NU di Perguruan Tinggi di Indonesia.
Menurut ketua PKPT Hasyim Asy’ary terlantik, Imam Masyhudi, PKPT pertama ini akan dibawa pada gerakan pertahanan faham Ahlusunnah Wal Jama’ah dilingkungan Tebuireng khususnya di lingkungan UNHASY dan MAHAD ALY. Selain itu Masyhudi juga menyatakan tekatnya akan menyusun program PKPT yang bermanfaat bagi kemajuan intelektual mahasiswa dan berkesinambungan dengan program ke-pelajar-an PBNU. Disela-sela sambutannya ketua yang
Juga adalah mahasiswa unhasy itu memberikan semangat kepada para pengurus dengan slogan yg diusung IPNU-IPPNU dari masa ke masa ”Belajar, berjuang, dan bertakwa.”
Turut hadir Sekretaris PCNU kab Jombang, Gus Muslimin, menyampaikan turut berbangga dengan terbentuknya PKPT Hasyim Asy’ary dan siap mengawal jalanannya pelaksaan program dan berusaha menfalitasinya. Dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa PCNU Kabupaten Jombang akan mendirikan PKPT lain dibeberapa Perguruan Tinggi di Jombang.
Hadir dalam pelantikan sebagai Ketua MWCNU, Gus Fahmi yang juga sebagai salah satu dewan pembina PKPT Hasyim Asy’ary menyampaikan apresiasi tinggi. Bahkan beliau siap membina PKPT HA menuju kemajuan dan pengembangan demi usaha mempertahankan eksistensi islam NU ahlusunnah wal jama’ah. (ABR/tbi.org)

Dimuat di tebuireng.org tanggal 27 Maret 2014

Tebuireng Rumah Toleransi

Tampak dari kiri Prof. Philips Buckley, Pdt. Simon Flantopa, Aan Anshori, dan Akhol Firdaus sebagai pembicara dalam diskusi Masa Depan Toleransi di Indonesia, Ahad (02/3/2014).
abrorsanggarkepoedang.blogspot.com – Pusat Kajian Pesantren dan Demokrasi(PKPD) Pondok Pesantren Tebuireng kembali mengadakan diskusi berbobot berskala international, Ahad (2/3/2014). Diskusi bertajuk “Masa Depan Toleransi di Indonesia dan bedah buku Pledoi Tajul Muluk” yang diadakan di Gedung Yusuf Hasyim lantai 2 sebagai bentuk kepedulian Tebuireng kepada masa depan toleransi di Indonesia.
Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber berbobot, yaitu Prof. Philips Buckley ahli multikulturalisme McGill University Canada, Akhol Firdaus editor buku “Quod Revelatum?” Pledoi Ust Tajul Muluk, dan Pdt. Simon Flantopa tokoh lintas agama Jawa Timur. Selain itu dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan mulai dari santri Tebuireng, Mahasiswa, tokoh Gusdurian Jombang, tokoh lintas agama dan beberapa pendeta. Dengan di moderatori oleh Kordinator Gusdurian Jawa Timur terkemuka Aan Anshory, acara ini berjalan menarik.